Hidup di negara tropis memang sulit untuk mempertahankan warna kulit "putih" tapi menjadi penyuka kulit coklat juga sulit.
Di negara dimana kulit putih dielu-elukan, sulit menjadi diri sendiri. Banyak yang kehilangan jati diri. Mulai dari membeli kosmetik yang tidak match dengan warna kulitnya hingga editing foto sampai kulit pucat seperti hantu.
We do struggle. Bahkan mencintai kulit sendiri saja menjadi challenge.
Saya sendiri tidak pernah punya kulit seperti bengkoang atau seputih sawi. Saya selalu coklat. Namun semua orang disekitar saya memuja kulit putih. Biasanya kalau harus berhadapan dengan matahari mereka sembunyi. Kalau bisa nggak kejemur sama sekali!
Ironisnya ternyata sinar matahari terbaik bukan jam 7-10 pagi. Menurut dr. Diana, SPA yang menangani anak-anak saya, penelitian justru mengemukakan matahari terbaik untuk tulang adalah jam 11-15 sore.
Wah jam-jam ini biasanya orang sembunyi di kamar ber-AC dan kabur dari matahari. Apalagi yang takut "item".
Saya sendiri senang bermandikan matahari. Beberapa minggu lalu saya ikut long march yang kulit saya belang di bagian kerah dan lengan. Sekarang saya sadari belangnya sudah nggak ada. Malah vitiligo yang saya idap malah semakin meluas.
Vitiligo adalah kelainan turunan, kulit kehilangan pigmen sehingga menjadi putih. Untuk menanggulangi vitiligo ini saya perlu memakai salep maupun berjemur matahari.
Bahkan menjadi coklat saja perlu perjuangan, meskipun begitu saya bangga dengan kulit saya yang coklat (dengan bercak-bercak putih seperti sapi). Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu bangga dengan tubuhmu? :)
#RatuAntiGalau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar